Print this page

Dewan Kecewa Tim Penanganan Banjir Ciwandan Belum Bekerja

Dewan Kecewa Tim Penanganan Banjir Ciwandan Belum Bekerja

detakbanten.com Cilegon — Meski sudah dilakukan rapat dengar pendapat terkait pembentukan tim penanganan persoalan banjir, antar warga terdampak dari Ciwandan dengan pihak pemerintah (Dinas PUTR) serta industri, namun hingga kini belum ada realisasinya. Hal tersebut membuat anggota DPRD dari Komisi II kecewa dan mempertanyakan realisasinya. 

Politisi dari partai Demokrat yang juga anggota Komisi II DPRD Cilegon, Ibrohim Aswadi mempertanyakan alasan lambatnya penanganan tersebut. Oleh karena itu dirinya meminta tim penanganan banjir yang sudah di bentuk dan di ketuai oleh Kepala Dinas PUTR segera merealisasikan hasil rapat yang telah disepakati.  

"Tim sudah dibentuk, tapi sudah dua Minggu ini stagnan alias tidak ada yang dikerjakan," kata Ibrohim saat dikonfirmasi, Kamis (21/1/2021).

Ia menambahkan, program jangka pendek yang sudah disepakati dengan warga sampai detik ini belum ada langkah kongkrit. Seperti normalisasi pengerukan lumpur dan pelebaran bahu kali. Padahal kata Ibrohim, seharusnya persoalan itu segera ditangani karena saat ini sudah memasuki puncak musim hujan sehingga dikhawatirkan akan terjadi banjir bandang.

"BMKG pusat susah menyampaikan informasi terkait kewaspadaan dalam menghadapi cuaca ekstrim di puncak musim hujan ini, karena berpotensi banjir bandang dan tanah longsor," pungkasnya.

Oleh karena itu, politisi Partai Demokrat Dapil Ciwandan - Citangkil ini mendesak tim penanganan banjir segera bekerja bersama-sama masyarakat.

Sementara itu, Ketua RT 001/004 lingkungan Pintu Air Kelurahan Kubangsari, Mamak merasa kecewa terkait lambatnya penanganan persoalan banjir. Padahal puncak musim hujan sudah di depan mata dan persoalan banjir sudah menjadi persoalan lama yang belum terpecahkan.

Lantaran kecewa, Mamak bersama warganya berinisiatif untuk melakukan pengerukan lumpur seadanya, dengan maksud dapat  meminimalisir banjir yang kerap terjadi di lingkungannya.

"Nonggoni tim sue, kerunye warga (nunggu tim kelamaan, kasihan warga)," katanya dengan nada kecewa sambil menggunakan bahasa kesehariannya.

Meski dengan cara manual, warga tetap bergotong royong untuk membersihkan lumpur dengan cara di keruk, juga membersihkan gorong-gprong dibawah rel kereta api untuk membuat aliran air menjadi besar.

Walaupun seadaya, dan tidak membuahkan hasil maksimal, namun dirinya berharap gotong royong yang dilakukan bersama  warganya dapat meminimalisir dan memperlancar aliran walau sipatnya  sementara sambil menunggu langkah selanjutnya. (man)