Print this page

Warga Baduy Tetap Survive di Tengah Pandemi Covid-19, Walaupun Wisata Alam Menurun

warga suku Baduy tetap survive di masa pandemi covid-19. (Faiz) warga suku Baduy tetap survive di masa pandemi covid-19. (Faiz)
detakbanten.com LEBAK - Meskipun ada penurunan wisatawan yang datang ke wilayah objek Wisata Baduy pada saat pandemi covid19, namun hal tersebut tidak mempengaruhi kehidupan warga baduy, mereka tetap survive.
 
Padahal, dalam masa awal mula pandemi Covid 19 yang melanda Indonesia di sekitaran bulan januari 2020, tempat wisata alam Baduy ditutup untuk umum, dan sejak bulan penutupan tersebut, kunjungan wisatawan mengalami penurunan hingga hampir 50 persen yang datang.
 
"Kalau penurunan penghasilan ada, hingga 40 sampai 50 persenlah, tapi tidak begitu terpengaruh untuk kita, karna lantaran usaha kita berdagang ini memang sampingan keluarga,"Kata 
 
Ayu Lestari salah satu warga Baduy luar yang berjualan Pernak Pernik kerajinan khas Baduy saat di wawancarai di teras rumahnya, Senin (29/06/2020).
 
WhatsApp Image 2020 06 29 at 17.37.18
 
Ia menerangkan bahwa, mayoritas warga sehari hari meladang, menanam padi, dan rempah rempah, untuk kebutuhan sehari hari memang tidak begitu berpengaruh ketika ada penutupan wisatawan akibat covit 19.
 
"Untuk menutupi pemasukan yang berkurang itu ya kita keladang,dampaknya memang tidak terlalu kalau dari pengahasilan mah, karna kita memang berladang yah, tapi kalo pengunjung memang sepi pas ada covid ini," terangnya.
 
Namun sambung ayu, meskipun  wisatawan mengalami penurunan, lantara dilakukan penutupan untuk wisata alam baduy, warga masyarakat di daerahnya telah melakukan antisipasi pemasaran prodak dagangan kerajinan pernak pernik khas baduy melalui pasar online.
 
"Jadi bisa rada ketolong walaupun kunjungan sepi juga."jelasnya.
 
Sementara itu seirang warha launnya Iping yang juga berdagang pernak.pernik khas Baduy dan juga madu lokal menjelaskan, dalam masa pandemi covid 19 kemarin dan saat ini memang ada penurunan untuk wusatawan yang datang dan penghasilannya, namun tidak begitu berpengaruh.
 
"Biasa saja, ada penurunan 40 persen sampai 50 persen penurunanya, tapi tidak drastis, sejak bulan februari, karna memang dilarang sejak bulan itu untuk wisatawan datang karna untuk pencegahan,"jelasnya.
 
Walaupun begitu, Iping mengaku dengan mulai dilakukan pembukaan objek wisata alam baduy kembali, dirinya merasa mendapatkan gairah kembali.
 
"Ya kalau antisipasi kita disini pada saat sepi ya meladang, nanam Cingur (kencur), Jahe, dan lain lain, tapi ini sudah mulai dibuka lagi, mulai ada gairah lagi mulai ada wisatawan kembali." tutupnya.