Print this page

Minat Baca yang Tak Diminati

Minat Baca yang Tak Diminati

detakbanten.com OPINI - Saat berkunjung ke sebuah perpustakaan, sedih rasanya. Betapa tidak, ruangan yang begitu nyaman lengkap dengan pendingin hanya dikunjungi kurang dari seluruh jumlah jari tangan berikut dengan dua petugas yang sedang duduk. Padahal jumlah koleksi buku perpustakaan ini luar biasa. Belum lagi lengkapnya sarana yang terdapat di perpustakaan tersebut.

Ruang baca anak yang dilengkapi dengan permainan sederhana, untuk dewasa yang terdiri dari beberapa ruangan, tempat pemutaran film, toilet dan musholah lengkaplah. Inilah mungkin layanan yang ingin diberikan oleh pengelola agar dapat menarik minat pengunjung dan berlama-lama duduk untuk melakukan kegiatan literasi apapun bentuknya terutama membaca. Tapi entahlah saat ini memang minat baca masyarakat Indonesia maih sangat minim.

Dilansir dari Menara62.com edisi 20-10-2020 menjelaskan data UNESCO menunjukkan minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan hanya 0,001%, ini artinya dari 1000 orang Indonesia Cuma 1 orang yang gemar membaca.

Melihat data tersebut sangat miris sekali. Padahal kegiatan literasi merupakan kegiatan yang sangat bermamfaat bagi manusia. Bukankah ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban ini tersebar dan berkembang karena adanya literasi .

KBBI menjelaskan pengertian literasi sebagai kemampuan dan keterampilan individu dalam berbahasa yang meliputi membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, memang kegiatan literasi begitu luas, namun kegiatan membaca adalah kegiatan yang utama dalam literasi tersebut. Seseorang yang akan menulis maka dengan banyak referensi yang dibaca maka pesan yang disampaikan lewat tulisan pun akan mampu menembus ketinggian makna. Begitu pun dengan berbicara. Orang yang berbicara dengan didukung oleh fakta dan data akurat yang dihasilkan lewat membaca, akan mampu menghasilkan informasi yang luar biasa.

Muhammad Syarif Bandi sebagai Kepala Perpustakaan Nasional RI dalam webinar Literasi Membangun Ekonomi Mayarakat, selasa 20/10 mengakui bahwa opini rendahnya tingkat Indonesia itu murni disebabkan oleh faktor rasio antara ketersediaan bacaan dengan jumlah penduduk yang berbeda sangat jauh.

Padahal saat ini koleksi buku sungguh sangat banyak dengan melihat ketersediaan yang ada di perpustakaan. Memang untuk membaca dapat dilakukan dengan melalui daring. Tidak harus mengunjungi perpustakaan. Tapi fakta yang ada memang terlihat bahwa minat baca rakyat Indonesia saat ini rendah.

Apapun alasannya tapi sejatinya literasi dan membaca adalah sebuah kebutuhan. Allah menurunkan wahyu pertama kepada Rosulullah SAW, di Gua Hiro diawali dengan kalimat Iqro pada awal ayat pertama surat al Alaq. Arti dari Iqro adalah bacalah. Sungguh luarbiasa ketika Allah menempatkan kata membaca diawal wahyu pertamanya. Memerintahkan umatnya agar membaca. Perintah membaca ini ditujukan kepada Rosul dan juga umat manusia yang juga beriman kepada Allah dan Rosul. Karena membaca merupakan sarana manusia dalam mempelajari ilmu Allah dan juga ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah.

Amat sangat disayangkan jika di Indonesia penduduknya mayoritas beragama Islam dan menyakini wahyu yang diturunkan namun fakta minat bacanya sangat rendah. Apa yang salah sesungguhnya? Lewat literasi kita mampu mempelajari Al-Quran dan As- Sunah. Karena inilah sumber kebenaran yang sesungguhnya bagi mereka yang meyakini. Lewat literasi pula peradaban dan kegemilangan umat akan mampu terwujud. Ayo kita berliterasi dengan membaca. Membaca bukan hanya bermamfaat namun ada pahala. Wallahua’lam