"Masyarakat Baduy tidak terpengaruh dengan perkembangan teknologi, mereka memang menggunakan gadget seperti handphone dan lainnya. namun untuk masyarakat Baduy luar saja, dan itu tidak mempengaruhi kearifan lokal mereka. Pada dasarnya mereka hanya ingin tahu. Itu saja," ujar Hj Yemmelia Kabid Pembinaan Kebudayaan Daerah pada Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten di ruang kerjanya, Selasa (28/4).

Lebih lanjut Hj Yemmelia mengatakan, memang tak dapat dipungkiri, teknologi yang berkembang begitu pesat telah sedikit banyak mempengaruhi pola hidup masyarakat menuju modernisasi. Namun, teknologi rasanya tak cukup kuat untuk meruntuhkan kultur budaya masyarakat Baduy.

"Banyak budaya yang mesti mereka pertahankan. Seperti gotong royong, kebersamaan, hidup sederajat, menjaga kelestarian alam lingkungan, dan istilah saling asah, saling asih, saling asuhnya. Saya harap Hal itu menjadi contoh untuk kita semua, adat istiadat masyarakat Baduy ini yang mesti kita jaga dan pelihara, karena tak lain merekalah simbol dari Banten" katanya.

Yemmelia menjelaskan, beberapa hari yang lalu masyarakat Baduy mengadakan Seba Gede dengan rombongan yang dikuti oleh ribuan warga.

"Tahun ini merupakan yang paling banyak dari seba baduy tahun lalu, kegiatannya sangat menyatu antara pemerintah Banten juga masnyarakat, beda dengan tahun lalu Seba baduy tahun ini lebih meriah, karena tidak ada perbedaan antara pejabat pemerintah dengan masnyarakat banten, di acara seba baduy tersebut para pejabat duduk bareng dengan masnyarakat, di situlah kini masnyarakat merasa dimanusiakan,"jelasnya.