Kabut Asap Makin Parah, Malaysia Tutup Sekolah dan Salahkan RI
detakbanten.com PENDIDIKAN -- Malaysia saat ini menghadapi situasi darurat lingkungan yang memaksa mereka untuk mempertimbangkan penutupan sekolah di berbagai wilayah negara ini. Kualitas udara yang semakin memburuk, terutama di bagian barat Semenanjung Malaysia, telah memicu kekhawatiran serius terkait kesehatan masyarakat.
Kabut asap semakin pekat di beberapa daerah, dan 11 wilayah mencatatkan indeks polusi udara (API) yang tidak sehat. Kondisi ini telah memaksa pemerintah Malaysia untuk mengambil langkah-langkah darurat dalam upaya mengatasi masalah ini.
Departemen Lingkungan Malaysia telah merencanakan serangkaian langkah, termasuk menutup sekolah dan bahkan mencoba membuat hujan buatan dengan penyemaian awan. Namun, tindakan-tindakan ini hanya akan diterapkan jika indeks polusi udara mencapai angka 150 atau lebih selama lebih dari 24 jam.
Sementara itu, situs API Malaysia mencatatkan indeks polusi udara di sejumlah wilayah pada rentang 60 hingga 90 pada Senin pukul 16.00 hingga Selasa pukul 15.00 waktu setempat. Ini menunjukkan tingkat pencemaran udara yang signifikan.
Salah satu pertanyaan yang muncul adalah dari mana kabut asap ini berasal. Departemen Lingkungan Hidup Malaysia menduga bahwa sumber polusi ini berasal dari Indonesia. Mereka telah mendeteksi hampir 250 titik panas yang mengindikasikan adanya kebakaran di Sumatera dan Kalimantan pada Senin (2/10), meskipun tidak ada satu pun titik api di Malaysia.
Namun, pernyataan ini menuai tanggapan dari pihak Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya Bakar, dengan tegas membantah tuduhan Malaysia. Menurutnya, belum ada bukti bahwa kabut asap dari Indonesia telah melintasi perbatasan Malaysia.
Situasi ini memunculkan konflik antara dua negara tetangga terkait masalah polusi udara. Sementara Malaysia berjuang untuk melindungi kesehatan warganya, Indonesia berpegang pada pendiriannya bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas masalah ini. Sementara itu, masyarakat di kedua negara terus menderita dampak buruk dari kabut asap yang mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.