Salah satu penyebabnya lantaran saat ini nelayan jarang beroperasi. Diantara sekian peternak lele, bahkan ada yang berhenti sementara waktu.

"Biasanya saya bisa memijahkan atau menelurkan, lele empat hingga lima ekor. Tapi sekarang hanya satu ekor, karena sulit mendapatkan cacing sutera," ujar Hendrik, peternak ikan lele di Kelurahan Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.

Hendrik menjelaskan, untuk empat ekor ikan lele biasanya mampu memproduksi benih antara 30 ribu hingga 40 ribu ekor, dengan kebutuhan cacing sutera sekitar 100 kilogram.

"Benih lele harus dikasih makan cacing sejak baru menetas hingga berumur 20 hari. Setelah itu baru diganti dengan pakan pabrikan. Harga cacing dalam kondisi saat ini Rp20ribu per kilogram, padahal biasanya hanya sekitar Rp11 ribu per kilogram" tuturnya.

Untuk mengatasinya, Hendrik mengaku telah mendatangi pedagang cacing sutera yang menjadi langganannya, akan tetapi seluruhnya kosong. Mereka menginformasikan bahwa saat ini tidak ada pasokan dari nelayan.

Seorang petani pembenih lele lainnya, di Kelurahan Kunciran, Umam mengaku, sudah tiga pekan ini tidak memijahkan lele karena sulit mendapatkan cacing.

"Benih lele kalau tidak diberi makan cacing sutera, banyak yang mati. Karena itulah saya memilih untuk berhenti dulu. Kalau dipaksanakan juga akan rugi," ujarnya.

Seorang pedagang cacing sutera di pesisir kali cisadane, Ali, mengaku sudah dua pekan terakhir ini tidak mendapat pasokan, karena air kali cisadane meluap di Tangerang.

"Saya mendapat pasokan dari nelayan, dan cacing itu diambil dari sungai cisadane. Sekarang sungainya banjir jadi praktis pasokan tidak ada," ucapnya.

Ia mengaku setiap hari ada saja peternak lele yang datang untuk menanyakan cacing sutera. Dalam kondisi norma dirinya bisa menjual 100 sampai 200 kilogram cacing sutera perhari.