Horeeee.. Kami Tak Lagi BAB di Sawah, Terimakasih SMSI !
detakbanten.com, SERANG–Kalimat bernada ungkapan terimakasih terlontar dari mulut Artanti. Warga Kampung Jaha, desa Pagar Agung, Walantaka, Kota Serang itu, menyambut gembira upaya yang dilakukan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang telah membangun sarana Mandi, Cuci, Kakus (MCK) di wilayahnya.
“Dulu kalau mau buang air di sawah, pulang kalau mau cebok,” kata Artanti diteras rumahnya, Sabtu kemarin (6/2/2021).
Sesekali, Artanti pun harus menahan tawanya saat menceritakan bagaimana dulu dia kesulitan lantaran tak punya tempat untuk buang air besar (BAB). Diakui Artanti, banyak masyarakat didaerahnya yang belum memiliki sarana MCK, terutama kakus.
Sebagai orang yang lahir dan besar di Kampung Jaha, Artanti tahu persis jika setiap mau BAB, keluarganya dan warga lain selalu mengungsi mencari tempat BAB kesawah terdekat milik warga.
Menurutnya, kondisi perekonomian keluarga mereka yang saat itu belum memungkinkan membuat MCK harus diterimanya dengan lapang dada. Karena itu, rutinitas BAB ke sawah sudah bukan menjadi hal yang aneh.
“Nggak bau sih kalau sudah biasa,” ujar Artanti tersipu malu.
Dalam benaknya, ada satu kejadian yang tak akan pernah ia lupakan. Dimana saat itu, Artanti yang tengah hamil tua, terpaksa harus bersusah payah untuk BAB. Maka pergilah Artanti kesawah meski saat itu sudah larut malam.
“Untuk penerangan, ya bawa senter lah sambil ditemani emak,” umgkapnya.
Agar tidak merasa takut, Artanti sebutkan bahwa dirinya selalu membawa telepon genggam setiap BAB ke sawah sebagai hiburan selama BAB. Karena itulah, begitu keluarganya mendapatkan informasi akan mendapatkan bantuan MCK, Artanti dan keluarganya sangat bersyukur dan gembira.
“Waktu dengar dapat bantuan Alhamdulillah, udah gak harus ke sawah lagi,” sambung Artanti lagi.
Senada dengan Artanti, penerima bantuan MCK lainnya, Subika, mengaku ia dan suaminya memang harus ke sawah setiap hendak buang air besar.
“Di sawah sana buang air besarnya, jauh,” ujar Subika sambil mengarahkan jari telunjuknya ke bentangan sawah yang ada didepannya.
Namun, lokasi tempat BAB yang dimaksud Subika, ternyata tempat yang terbuka. Dimana, dilahan tersebut tanpa ada bilik pembatas. Karena itu, Subika mengaku harus mencari pohon yang berfungsi untuk menghalangi pandangan demi lancarnya BAB.
“Di balik pohon pinggir sawah kalau beraknya,” terang Subika, seketika, tawa pun pecah dari mulut perempuan itu.
Ia bercerita jika BAB nya dilakukan malam hari, ia terpaksa harus membangunkan suaminya untuk menemaninya sambil bawa senter yang berfungsi untuk penerangan.
“Kalau lagi berak malam, bawa senter biar terang,” tuturnya.
Karena kerap merasa kesulitan ketika akan melaksanakan BAB, Subika dan suaminya sebenarnya berniat membuat WC sendiri. Namun sekali lagi, faktor ekonomi memaksanya mengubur dalam-dalam keinginannya memiliki WC.
“Wong Bapak gak kerja, cuma ngangon (gembala) kerbau kakaknya. Makanya gak ada uang buat bikin kakus. Kalau ngangon kerbau, kalau kerbaunya beranak dua nanti yang satu buat kami,” ungkapnya.
Subika mengaku saat ini ia hanya tinggal bersama suaminya, sedangkan anak mereka sudah memisahkan diri dan tinggal dirumah lain karena sudah menikah. Pekerjaan suaminya sebagai penggembala kerbau, penghasilannya baru didapat jika kerbaunya melahirkan. Situasi tersebut memaksa dirinya harus membantu perekonomian keluarga.
“Bapak ngangon kerbau, nanti kalau melahirkan kerbau dua, yang satu buat kami. Untuk sehari-hari, bapak bantu nandur (nanam padi) upahnya lima puluh ribu,” ujarnya.
Karena itulah ia mengaku sangat gembira, rumahnya dibantu dibuatkan MCK. “Terimakasih sudah dibantu. Kalau dulu kan harus ke sawah, sekarang sudah bisa di rumah aja,” tandasnya.
Kegembiraan adanya bantuan MCK buat warga Kampung Jaha ternyata bukan hanya dirasakan para penerima bantuan saja. Markani, salahsatu warga yang sehari-harinya bekerja sebagai petani dan tidak mendapatkan bantuan, juga mengaku ikut gembira karena sawahnya yang biasa dijadikan tempat BAB warga sekarang jadi bersih.
"Sekarang sawah saya bersih jadinya, gak kotor karena dijadikan tempat BAB warga,” sebut Markani.
Sebelum warga memiliki MCK, Markani mengaku prihatin terhadap kondisi para tetangganya yang tidak mempunyai MCK sehingga harus buang air besar sembarangan.
“Sebenarnya kasihan melihat tetangga kalau belum punya WC, kalau BAB sembarangan, jadi kelihatannya ngak enak, tapi gimana gitu,” katanya lagi.
Sebagai pemilik sawah, Markani mengaku setiap hari harus lapang dada manakala dirinya dihadapkan pada realita yang ada dilingkungannya. Apalagi kalau bukan kotoran manusia di sawahnya.
“Saya pernah negur karena setiap hari ngeliat ada aja. Tapi gimana ya mau ngomong gak enak. Pernah kaki saya kena kotoran di galangan sawah saya,” paparnya.
Meski sawahnya dijadikan lahan empuk warga untuk BAB, Markani mengaku berusaha memaklumi kondisi tersebut.
“Mau ngomong gimana ya, kalau punya juga gak sampai ke sawah BABnya,” kekeh Markani.
Markani pun sangat bersyukur pada Hari Pers Nasional (HPN) 2021, SMSI membantu para warga dengan program bakti sosial. Apalagi, selain MCK, ruas jalan kampung mereka juga ikut dibangun.
“Lumayan jalan jadi bagus, enggak becek, enggak licin karena sudah di aspal. Dulu jalannya keliatan kumuh, sekarang sudah bagus. Terimakasih sudah bantu jalan kami,” pungkasnya.