Tenang.....Tenang, Kumis (Tak) Beracun

Tenang.....Tenang, Kumis (Tak) Beracun

detaktangsel.com- CELOTEH SEKETIKA, Suatu hari, Jumat, 5 April 2014, gerombolan jawara Banten. Kabarnya, rata-rata anggota gerombolan yang dipimpin Melia Andarwangi ini punya ilmu Halimun. Bila satu di antara mereka membaca matera ini bisa hilang. Tapi seringkali pemerhati matera ini abis baca, enggak balik lagi.

Entah ke mana, enggak ada yang tahu. Apakah dia dibawa kabur preman Cikokol, Pasar Kemis. Atau, memang kabur lantaran dikejar-kejar dekoleptor suruhan lembaga keuangan namanya Bang Gonzales.

Nama kawanan jawara Banten ini, adalah Imeliambem, Siskamling, Firmanking, Alien Putra, dan Rickyndut. Mereka sempat kesasar ketika hendak ke rumah kontrakan perjuangan, markas Ahmadijad Ekomandau Tumpul, pria asal Kalimantan Barat.

"Mas, aku kesasar," kata Melia melalui BB merek Samsu yang ngelelet kalo untuk bosing berita.

"Waduh.........!" seru Ahmadijad begitu mendengar gerombolan jawara ini kesasar di kawasan Krembangan, Jakarta Barat.

Ahmadijad mondar-mandir kayak sterikaan atau ayam mau bertelur. Entah bingung atau membingungkan diri. Alasannya tidak jelas dan diperjelas.

Eeh, ada hikmahnya juga. Di tengah kebingungan, Ahmadijad ketemu kawan lama, anggota Satpol PP yang sedang bersihkan alat peraga kampanye di pagar kawat tidak berduri di Lapangan Udara Pondok Cabe.

Ia langsung ambil kamera. Jeprat-jepret beberapa kali.
"Jack, berita loe dah aku naiki," tutur Ahmadijad.
"Lumayan, gue nampang di dunia maya. Komandan bangga nih lihet gue bekerja," kata Jack dalam hati.

Ahmadijad mungkin bingungnya kagak hilang-hilang. Ia beberapa kali kontak Oblak. Namun, kagak diladeni.

"Emang gue pikirin," ujar Oblak ketika hp jadulnya mendering.
Sekitar pukul 02.00, gerombolan Melia sampai juga. Selain tampak kecapekan, juga bau parfum dan keringat menyatu. Mungkin obat mujarab. Terbukti, Ahmadijad sembuh dari sakit kebingungan.

"Ayo masuk....!"serunya.
Selang tujuh jam, Oblak datang temui pasukan 'berani lapar' tersebut. Saling jabat tangan.

"Sori, baru datang," kata Oblak singkat.

Sambil merokok dan duduk lesehan, biasa tukar pikiran soal kaidah penulisan berita dan isu di balik isu kampanye menjelang Pemilu Legislatif, 9 April mendatang. Tak ketinggalan obrolan setengah serius dan setengah canda antara Oblak dan Melia yang disaksikan sekaligus didengar Ahmadijad maupun Daneting.

"Awas loe Mel jangan kena sentuh kumis Gonzales, berabe," tutur Oblak.

"Emang kenapa Mas, beracun," sahutnya.
"Tenang....tenang Mel. Beracun sih tidak. Tapi bahaya buat cewek seperti loe. Soalnye, kumis itu bisa membangunkan seorang cewek dari pingsan. Ini fakta, bukan hasil rekayasa."

Melia setengah percaya dan tidak percaya. Namun, dia penasaran. Nanyain terus soal kumis tersebut.

Entah karena kena senggol atau memang sengaja minta disenggol kumis Gonzales. Yang pasti, Melia sudah membuktikan khasiat kumis Gonzales.

Kagak ada yang tahu di mana Melia kena senggol kumis Gonzales. Melia cuek bebek ama prajurit-prajuritnya, dia tampak lengket bak prangko.

"Waduh.......!" Ahmadijad berguman sendiri.
Daneting justru asik bak disc jokey, milih lagu antara musik dangdut dan pop. Apa memang sudah dikondisikan atau tidak, itu urusan lain.

Kemesraan ini jangan cepat berlalu.....Sepotong syair lagu berjudul Kemesraan ini diulang-ulang. Melia sendiri tampak larut.

"Suka main cewek ya. Siapa tuh cewek yang disenggol kumis lantas bangun?" Melia memberanikan diri menanyain kepada pemilik kumis yang juga menyandang gelar Sang seniman.

Diserang pertanyaan spontan, Sang seniman nyantai, tidak langsung menjawab. Ia coba mengulur waktu sambil menyusun anak kalimat yang pas disampaikan ke Melia.

"Oh teman kagak kurang, kagak lebih," jawab Gonzales pelan dan lembut kayak tepung terigu.

"Yang bener. Katanya, pernah disenggol kumisnya ya?" Melia nyerocos bertanya saking penasaran soal isu kumis bertuah tersebut.

"He he he, bohong. Kumisku seperti kumis yang lain. Tidak bertuah, juga tidak beracun," kata Gonzales dengan gaya diplomasi.

Namun, dalam hati Gonzales menuding Oblak sebagai penyebar semangat soal kumis yang pernah disenggolin ama Annagatelia.

"Tenang....tenang.....tenang! Kumis ini bener pernah nyembuhi Annagatelia ketika pingsan. Suwer deh, aku kagak ada perasaan apa-apa kecuali pingin nyembuhin," kata Gonzales menyakinkan Melia.

"Ya udah kalo begitu," sahut Melia dengan raut muka agak cemberut.

Di tengah pertarungan jiwa itu, prajurit Melia asik sendiri-sendiri. Ada yang goyang badan. Ada pula yang nyanyiin lagunya Dewa 19 berjudul Roman Picisan.

Oblak asik sendirian. Nyanyi kagak bisa, apalagi goyang badan. Namun, tawaran jadi penyanyi dengan durasi lima menitan cukup banyak. Oblak tetap menolak tawaran itu meski diiming-imingi bonus main ke rumah Airin Rachmi Diany.

"Maaf sejuta maaf. Aku kagak bisa nyanyi. Nilai rapor warna merah gara-gara kagak bisa nyanyi," tutur Oblak.

Malam terlalu malam. Pagi terlalu pagi, akhirnya isu kumis beracun benar tidaknya , hanya Melia yang bisa memberi klarifikasi. Seiring berahirnya lagu Kemesraan sirna pula rumor kumis (tak) beracun tersebut.

 

 

Go to top

Joomla! Debug Console

Session

Profile Information

Memory Usage

Database Queries