Pengamat: Koalisi Gemuk, Suara Muhamad Saras Rawan Gembos dan Tak Solid

Direktur KPN Adib Miftahul Direktur KPN Adib Miftahul

detakbanten.com TANGSEL - Pasangan Muhamad dan Rahayu Saraswati (MS) sah menjadi peserta Pilkada Kota Tangsel 9 Desember mendatang setelah
resmi mendaftar sebagai calon walikota dan wakil walikota, di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tangsel, Jumat 4 September 2020.

Dengan mengendarai oplet tua milik Rano 'Si Doel' Karno, pasangan ini didukung koalisi gemuk yang motori PDIP, Gerindra PAN, PSI, Hanura, Perindo, Nasdem dan Berkarya.

Pasangan yang familiar disapa MS ini, mengklaim bakal memenangkan pertarungan dengan bermodal 23 kursi di parlemen Tangsel. Bahkan dengan modal besar koalisi partai ini, pasangan Muhamad-Saras yakin mampu menjungkalkan rivalnya, Benyamin Davnie -Pilar Saga Ichsan sebagai petahana dan pasangan Siti Nur Azizah (SNA) - Ruhamaben.

“Iya optimis menang ” singkat calon walikota Muhamad, usai deklarasi.

Namun, direktur eksekutif dari Kajian Politik Nasional (KPN), Adib Miftahul menilai, koalisi gemuk yang berada dikubu MS, tak merepresentasikan kemenangan. Hal itu didasarkan oleh pengamatan melalui survei beberapa waktu lalu oleh KPN dan dinamika aktor politik di parpol pendukung MS.

"Koalisi gemuk secara matematis diatas kertas memang banyak. Tinggal dijumlahin angkanya selesai. Tapi tak sesederhana itu. Fakta bahwa pemilih lebih melihat popularitas, likebilitas dan elektabilitas figur inilah yang menentukan siapa bakal jadi pemenang. Jadi sangat beda antara Pileg dan Pilkada," kata Adib melalui sambungan telepon kepada wartawan, Jumat 4 September 2020 sore.

Analis politik dan Dosen Fisip Universitas UNIS itu juga memberikan pandangan berbeda lagi. Koalisi gemuk di kubu MS malah rawan digembosi dan terancam tak solid. Alasannya calon yang direkomendasikan maju tak sesuai keinginan kader alias bukan kader internal partai.

"Dinamika di internal partai seperti di PDIP dan Gerindra Tangsel ini kan banyak mempengaruhi dan diprediksi melemahkan elektoral MS. Rasa tak puas kader ada, karna yang diusung bukan kader internal. Di PDIP malah sempat panas kan. Nah ini yang membuat koalisi itu tak solid dan rawan gembos," ujar Adib.

Lanjut Adib, kondisi tak solid juga disebabkan minimnya ikatan emosional antara calon dengan kader dibawah, karena calon yang dihadirkan ujug-ujug atau instan. Kondisi turut diperparah dengan loncatnya tokoh berpengaruh di parpol yang terang-terangan memberi dukungan kepada calon lain.

"Kaitan emosional rendah, karena semua dirasa tokoh instan. Inilah juga sebab menjadikan soliditas internal itu kendor. Belum lagi tokoh yang punya massa militan seperti Arsid dan Biem Benyamin yang punya dampak elektoral lumayan besar, juga belok arah," bebernya.

Adib juga menambahkan, 3 bulan kedepan menjadi waktu berharga bagi pasangan yang ingin memenangkan pertarungan. Sejauh mana pasangan tersebut bisa menemukan formula dalam visi misi yang bisa membuat warga Tangsel jatuh hati dengan program yang ditawarkan.

 

 

Go to top

Joomla! Debug Console

Session

Profile Information

Memory Usage

Database Queries