Tari Cokek Teluk Naga Tangerang Patut Dibudidayakan

Tubagus Tubagus

detakbanten.com Kota TANGERANG - Banten merupakan wilayah yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian di bidang budaya dari jaman dahulu selalu meninggalkan kisah panjang.

Dalam kepribadian di bidang budaya dampaknya terasa tidak banyak perubahan yang mempunyai kesan budaya selalu tersisihkan. Seperti halnya Tari Cokek yang secara turun temurun merupakan budaya warisan dari leluhur yang hampir punah.

Tubagus mengatakan, menurut sejarah Tangerang bahwa Tari Cokek berasal dari Teluk Naga Tangerang di awal abad 19. Yang berawal dari tiga orang yang hobby bermain musik. Ketiganya yakni, Tehiyan,Su Khong Dan Khong Ahyan.

"Tiga alat musik yang mereka bawa itu kemudian dimainkan bersama sama alat musik kampung lainnya yang dimiliki oleh tuan tanah Tan Sio Kek," ujar Tubagus, Minggu (10/5/15).

Selanjutnya, kata Tubagus ,dari peraduan bunyi berbagai alat musik yang dimainkan oleh para pemusik tersebut lahirlah musik dengan nama sebutan Gambang Kromong. Sedangkan para gadis yang menari dengan iringan irama musik itu kemudian memakai kebaya yang disebut sebagai Cokek, dari situlah lahir nama perpaduan Tari Cokek.

Tak heran kalau kebudayaan yang muncul dari hasil percampuran budaya Tionghoa dan Jawa ini lebih dikenal di kawasan Tangerang (baik di Kabupaten maupun di Kota Tangerang). Tarian tersebut sangat identik dengan kehidupan kaum Tionghoa Tangerang yang biasa disebut Cina Benteng.

Terlepas pada perjalannya sebuah tarian dari daerah manapun selalu di identikkan sebagai tarian yang erotis. Namun diliat dari sisi estetika sebagai sebuah bentuk hasil cipta karsa.

"Untuk itu kami Tari Cokek patut di budidayakan dan dikembangkan sebagai sebuah arisan budaya Tangerang," katanya.

 

 

Go to top