Tatu Perekat Kekuatan Golkar Banten

bendera Golkar berkibar paling tinggi dan besar bendera Golkar berkibar paling tinggi dan besar

Inilah gambaran peta kekuatan politik di Banten yang sebenar-benarnya. Ratu Tatu Chasanah memberikan bukti dan fakta.
Adik Ratu Atut Chosiyah ini, Jumat (27/12), berhasil membawa pulang 'kursi' kekuasaan baru. Ia menghempaskan 'impian' Iman Arydi memimpin Golkar Banten. Kemenangan Ratu Tatu, paling tidak, penghibur lara Ratu Atut Chosiyah yang sedang bertarung di ranah hukum.

Tatu memang bukan Atut. Ia meraih enam suara dalam Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) DPD Partai Golkar I Banten. Sedangkan Iman Aryadi dapat lima suara.
Kemenangan  Tatu   mengalahkan Wali Kota Cilegon itu   melalui  voting.   Tatu unggul satu suara. Adapun 12 suara yang diperebutkan dalam Musdalub kali ini berasal dari delapan suara DPD satu suara dari organisasi pendiri, satu suara organisasi yang didirikan, satu suara organisasi sayap, dan satu suara dari DPP. Dari 12 suara itu abstain satu.
Mendengar isu  Tatu di-setting untuk menduduki  tampuk pimpinan Golkar Banten sejak kekuasaan Atut mulai goyah. Petinggi Golkar baik di Anggrek Neli Murni (baca: Sekretariat DPP Partai Golkar) dan Banten 'keukeuh' partai beringin kehilangan muka  pada Pemilu 2014 menyusul bergulirnya kasus Atut ke KPK.
Tatu terpilih Ketua DPD I Golkar Banten, menggantikan suami Atut almarhum Hikmat Tomet. Apa motivasi Tatu?
Mau tidak mau, diciptakan grand design mencetak Atut kedua. Siapa, bagaimana, dan mengapa ? Jala pukat harimau ditebarkan Pantai Florida, tertangkaplah dua  sosok.
Sama-sama berambisi memimpin Golkar Banten.
Satu sosok ambisinya ingin kendaraan politik maju Pilkada Gubernur mendatang. Sosok yang satunya, ganda ambisinya, ingin jadi gubernur dan jadikan Golkar  alat 'pemukul' KPK.
Nah, dirancanglah skenario percepatan musda.
 
Terkait kursi pimpinan Golkar I Banten kosong setelah Atut jadi tersangka. Pelaksanaan musda di gelar di 'markas besar' Golkar. Sehingga gampang diaturnya.
Dalam pembicaraan setengah kamar, petinggi Golkar cenderung Tatu jadi Ketua DPD I Golkar Banten. Alasannya, pengaruh Atut masih sangat kuat terhadap pemilih tradisi Golkar di wilayah Banten.
Kalkulasi politik itu ternyata lancar. Iman Aryadi disingkirkan secara terhormat cuma kalah tipis. Tentu bagi awam musda ini berlangsung demokratis tanpa campur tangan DPP Golkar kecuali memberi fasilitas gedung. Mungkin tidak bagi pihak-pihak yang sangat memahami permainan politik gaya rezim Orde Baru.
Bagaimana pun keluarga besar Atut mempunyai ‘utang budi’ dengan Golkar. Karena jasa politik Golkar-lah, keluarga besar Atut bisa dekat, dipercaya sekaligus sebagai ‘garda’ terdepan rezim Orde Baru, Soeharto.
Sementara Aburizal Bakrie punya kepentingan secara politis maupun ekonomis di Banten. Hanya kepentingan ekonomis sulit dibuktikan dan dijelaskan secara gamblang.
Soal kepentingan politis jelas terkait pencapresan Ical. Karena saat ini Ical bersama punggawa-punggawanya menggelar strategi 'Kota Kepung Desa'. Coba saksikan iklan kampanye Ical yang ditanyangkan layar kaca. Semua cenderung mengambil setting suasana pedesaan.
Banten tentu menjadi bagian sangat terpenting sebagai basis Golkar. Bahkan, pintu masuk ke wilayah Sumatera.
Nah, keberadaan Tatu sebagai perekat kekuatan Atut yang mulai rontok. Tatu diharapkan bisa meneruskan dan mempersatukan kembali kekuatan Golkar dan keluarga besar Atut.
Win-win solution, itulah yang diperoleh kedua pihak  setelah Tatu dipercaya pimpin Golkar.  Wakil Bupati Serang diyakini tidak akan memperburuk citra Golkar sebagai partai.
Saya rasa ada kedewasaan.  Masyarakat akan bisa memilah-milah.
 
Tatu akan meneruskan impian saudara iparnya, Hikmat Tomet. Ingin  menjadikan Kabupaten Lebak dan Kota Tangerang sebagai basis dan lumbung suara Golkar. Bukti sangat kuat, gara-gara Pilkada Bupati Lebak, Atut terjerumus kasus. Begitu wilayah Tangerang.
Tatu harus kosentrasi  di kedua daerah itu. Karena di dua derah itu kemenangan pasangan kepala daerah yang diusung Partai Golkar sangat tipis untuk memenangkan pilkada.
Jalan untuk mengimbangi kekuasaan kepala daerah dari partai lain, maka  dengan cara memenangkan raihan suara sebanyak mungkin pada Pemilu Legislatif   2014 mendatang. Ketokohan Hikmat Tomet sudah mengakar di Provinsi Banten.
Mampukah Tatu meneruskan cita-cita dan perjuangan Hikmat Tomet?
Hikmat Tomet  dinilai memegang peranan cukup penting dalam menyukseskan keluarganya di dunia politik Banten. Pada pemilihan umum tahun 2009 Hikmat Tomet menjadi bakal calon DPR RI untuk daerah pilihan Banten II. Pada pemilihan umum tersebut, Hikmat Tomet mengantongi 96.446 suara. Inilah yang mengantarkannya menjadi anggota DPR RI.
Hikmat kemudian dipercaya menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar Provinsi Banten periode 2009-2014. Di bawah kepemimpinan Hikmat Tomet, Partai Golkar Provinsi Banten dinilai sukses memenangi.
Tampilnya Tatu atau tanpa Tatu atau tanpa
keluarga besar Atut, Golkar tetap kuat. Basis massa beringin tetap mengakar dan besar. Dengan demikian, peta kekuatan politik di Banten tidak ada perubahan secara signifikan. Golkar tetap masuk tiga besar. (deddy triyono)

More in this category:

 

 

Go to top

Joomla! Debug Console

Session

Profile Information

Memory Usage

Database Queries