Tak Banjir di Total Persada Suatu Keajaiban, Warga Sudah Terbiasa Mengungsi

Korban banjir di Total Persada, Kota Tangerang di tempat pengungsian. Korban banjir di Total Persada, Kota Tangerang di tempat pengungsian. Khanif

detakbanten.comKota Tangerang-Seperti sebuah tradisi yang selalu dirayakan setiap tahunnya. Hanya saja kondisinya berbeda. Jika perayaan disambut dengan suka cita, namun tradisi banjir disambut sebagai duka.

Hari masih pagi, tapi sejumlah orang di Perumahan Alamanda tampak sibuk lalu lalang. Sebagian warga tampak tengah antre di depan kamar mandi pengungsian di Masjid Al Muhajirin. Sebagian lainnya hanya duduk sambil bercengkerama dengan pengungsi banjir lainnya.
Di sudut lain, beberapa sukarelawan juga tampak sibuk di dapur umum menyiapkan sarapan pagi untuk para pengungsi. beberapa pengungsi lainnya juga tampak membantu menyiapkan. Ya, Perumahan Alamanda, Total Persada dan Perumahan Garden City memang cukup dikenal sebagai kawasan banjir. Hampir setiap tahunnnya, kawasan tersebut selalu mengalami banjir.
Salah satu warga, Mulyaningsih (44) yang sudah tujuh tahun tinggal di kawasan tersebut mengaku sudah biasa dengan kondisi tersebut. Seperti tak ada pilihan, dirinya hanya bisa pasrah, sama dengan dengan pengungsi lain yang berharap air segera surut. "Sudah biasa banjir seperti ini, tiga empat hari juga surut kok," ujar Mulyaningsih, warga Perumahan Alamanda, Kelurahan Gembor Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, Senin (8/5/17) pagi.
Menurutnya, tidak ada pilihan lain. Ia harus menempati rumahnya. Meskipun ada keinginan untuk menjual rumahnya, tetapi hanya sediit orang yang mau membelui, itupun dengan harga yang sangat murah.
Hal senada juga diungkapkan Teguh Wijaya, 52 tahun, warga Total Persada. Sambil menikmati segelas teh hangat ia bercerita, banjir yang kerap melanda wilayahnya tersebut disebut sebagai sebuah tradisi tahunan. Menurutnya, jika wilayah tersebut sudah tidak banjir, justru sebagai suatu keajaiban. "Lha saya sudah sembilan tahun kok, tapi betah saja. Habisnya mau gimana lagi, emang tradisinya seperti ini kan," ujarnya sambil meminum tehnya yang mulai dingin.
Sambil menarik selimut, ia melanjutkan ceritanya. Saat ini ketinggian air di rumahnya telah mencapai satu meter. Ia telah menyiapkan sejumlah pakaian untuk dibawanya mengungsi. Sedangkan barang eletronik lainnya telah diamankan di lantai dua rumahnya. "Karena sudah rutin, jadi seperti sudah biasa saja. Kantor saya pun mengizinkan saya untuk tidak masuk kerja sampai air surut," tutup pria yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di Tangerang.

 

 

Go to top