Tantangan KSAL Pengganti Laksamana TNI Yudo Margono

Laksdya TNI Amarulla Octavian. Laksdya TNI Amarulla Octavian.

Detakbanten.com, JAKARTA – Dewan Perwakilan Rakyat RI, telah menyetujui Laksamana TNI Yudo Margono sebagai Panglima TNI yang baru. Dipilihnya Yudo memicu pertanyaan akan sosok yang akan menggantikannya sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL).

Siapa dan bagaimana sosok KSAL pengganti yang tepat? Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah menuturkan terkait ragam pertanyaan yang beredar luas di masyarakat. Menurutnya, perlu ditinjau, apa saja isu saat ini dan ke depan yang harus diantisipasi oleh KSAL terbaru.

“Dari sekian banyak calon, penting jika masyarakat mengetahui rekam jejak calon KSAL baru. Harapannya mampu menjawab berbagai tantangan yang menjadi prioritas,” jelas Rezasyah, dalam keterangan tertulis diterima Detakbanten.com, Senin (5/11/2022). Kata Rezasyah, pemerintah RI saat ini masih menghadapi berbagai persoalan. Seperti perbatasan laut dengan negara-negara tetangga.

“Klaim di Laut Natuna Utara sering menyita perhatian banyak elemen masyarakat. Beberapa kali benturan kapal perang TNI AL dengan kapal Tiongkok dan Vietnam,” ujarnya.

Tak hanya itu. Ada pula persoalan dengan Malaysia atas perairan Ambalat. Lalu, beberapa kali kapal-kapal perang TNI AL bersinggungan dengan kapal Malaysia. Senggolan antar kapal tak saja terjadi di Ambalat tapi di Laut Natuna dan Selat Malaka.

“Paling baru adalah klaim Australia atas Pulau Pasir. Beberapa pengamat menilai, kasus Pulau Pasir seperti Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, bisa saja butuh perundingan berjilid-jilid,” ungkapnya.

Tiga persoalan itu, kata Rezasyah, yang harus diselesaikan KSAL terbaru. “Diplomasi tingkat tinggi harus dimiliki sosok KSAL yang baru,” tukasnya. Disisi lain, Rezasyah menilai, dari sejumlah jenderal bintang tiga di lingkungan TNI AL, saat ini ada nama cukup mencuat dicalonkan menjadi KSAL yang baru: Laksdya TNI Amarulla Octavian.

“Ia dikenal sebagai perwira yang sering menempuh pendidikan di luar negeri. Memiliki kemampuan bahasa internasional yang cukup baik. Bersekolah di luar negeri pasti memiliki kredit point karena dipilih dari sekian perwira yang mengikuti seleksi ketat,” imbuhnya.

 

 

Go to top